Belajar Disiplin (lagi)

Apa kabar? Lama tak menulis, tidak ada alasan. Karena kelamalasan saja sebenarnya. Berat banget ya judulnya. Kenapa koq sampai tergerak nulis? Ada sesuatu yang membuat saya gak bisa tinggel diem aja. Ini soal disiplin, terutama disiplin kita dalam berlalulintas. Okelah, semua yang baca tulisan ini mungkin uda pada punya SIM semua. Bahkan punya lebih dari satu jenis ada SIM A, C, bahkan B. So, apalagi dunk, kalau bawa kendaraan seperti sepeda motor juga uda pakai helm kok. Yang standar SNI lagi, menghidupkan lampu depan pada siang hari dan patuh pada lalu lintas di jalan raya. Eits, dengan catatan ya kalau ada Pak Polisi standbye di depan lampu merah atau lagi musim razia. Kalau hari libur atau cuma jarak tempuh deket aja, hmm mau juga sih gak displin, Dengan alasan, “dekat ini kok jaraknya. Gak bakal ada polisi juga. Tapi taukah kita, kapan musibah dan kecelakaan akan terjadi. Tidak ada yang tau. Kalau tau kapan mah uda pasti lengkip-lengkip pakai safety tool dan gak  usah jadi bawa kendaraan pun.

Ini peristiwa baru terjadi beberapa hari lalu, Tepatnya, setelah Sholat Ied, empat orang anak membonceng naik sepeda motor dengan paman mereka hendak bersilaturahmi ke rumah saudara. Jarak tempuh tidak jauh, Tapi total pengendara sepeda motor itu ada lima  orang. Mereka tidak pakai helm dan memang karena suasana libur,  jalan raya relatif sepi dan hari masih pagi. Bahkan polisi juga tidak ada yang berjaga disekitar jalan itu. Tapi malang tak dapat disangkal, ada angkot yang tiba-tiba berhenti karena menurunkan penumpang sehingga pengendara sepeda motor mengerem secara mendadak tapi tetap saja menabrak angkot tadi. Kontan, anak yang duduk di belakang pengendara terhempas dan ke belakang, ada juga yang terlempar ke depan. Yang paling menyedihkan, anak yang duduk di depan pengendara kepalanya terbentur ke setang sepeda motor. Kepalanya segera bercucuran darah dan tidak sadarkan diri. Saat dibawa ke rumah sakit, orang tua anak bahkan belum tahu kalau anaknya kecelakaan dan dalam kondisi koma. Menyedihkan sekali, trauma kepala berat sehingga pasien koma dan tidak sadarkan diri.

Saya tidak sanggup bercerita apa yang terjadi berikutnya, tapi saya masih ingat penyesalan orang tua nya karena membiarkan anaknya berboncengan beramai-ramai naik sepeda motor, tanpa helm pula.

Nasi sudah jadi bubur, dan hari yang harusnya penuh dengan sukacita itu berganti dengan suasana duka yang mendalam. Menyedihkan. Tapi kita harus mengambil hikmah dari peristiwa naas ini, Harus ada pesan yang bisa kita bawa pulang dan sebarkan pada sekitar. Mari disiplin, sekecil apapun situasinya dan sedekat apapun jaraknya, kecelakaan masih sangat mungkin terjadi. Tidak usah menunggu razia baru tertib berlalu lintas.

Semoga saya tidak mendapati kejadian mengenaskan ini sekali lagi. [EL]

tanpa helm dan melebihi kapasitas

tanpa helm dan melebihi kapasitas